Tupperware mengalami kesulitan finansial yang serius dan menghadapi kebangkrutan karena beberapa faktor utama:
1. Perubahan Gaya Hidup dan Kebutuhan Konsumen: Gaya hidup modern yang berubah, seperti meningkatnya preferensi untuk pengiriman makanan cepat saji dan penggunaan wadah sekali pakai, telah mengurangi permintaan produk penyimpanan makanan jangka panjang seperti yang ditawarkan Tupperware.
2. Persaingan yang Ketat: Munculnya merek-merek pesaing yang lebih murah dan inovatif di pasar wadah penyimpanan, baik dari produsen lokal maupun internasional, membuat Tupperware sulit bersaing.
3. Model Penjualan yang Kuno: Tupperware masih banyak mengandalkan model penjualan langsung (direct selling), seperti melalui "party" atau acara penjualan di rumah. Model ini dianggap kurang relevan di era digital, di mana konsumen lebih suka belanja online atau melalui toko ritel.
4. Kurangnya Inovasi Produk: Tupperware dianggap gagal menghadirkan inovasi yang signifikan dalam produk mereka, sehingga banyak konsumen yang beralih ke merek yang menawarkan fitur dan desain lebih modern.
5. Masalah Keuangan Internal: Selain masalah penjualan, Tupperware juga menghadapi tantangan internal, termasuk manajemen utang yang buruk dan kekurangan modal untuk beradaptasi dengan perubahan pasar
Semua faktor ini berkontribusi pada penurunan pendapatan Tupperware dan membuat perusahaan berada di ambang ke
bangkrutan.
Comments
Post a Comment